Suaminya almarhum, Paul W. Suleman, juga menyimpan rapi setiap dokumen maupun foto yang berkisah tentang prasasti. Bahkan sebelum meninggal, pria bernama Tionghoa Liem Liang Hoei itu, sempat menulis sebuah catatan tentang keberadaan prasasti.
Warga Tionghoa merasa perlu memberikan tanda terimakasih karena selama bertahun-tahun telah diberi anugrah tempat strategis untuk berdagang. Juga ucapan terima kasih kepada Sultan atas perlindungan yang diberikan hingga masyarakat Tionghoa bisa hidup tenang dan sejahtera di Yogya.
Prasasti dibuat sebagai kado dan tanda terimakasih masyarakat Tionghoa di Yogyakarta kepada Sri Sultan HB IX pada saat penobatannya.
Kemudian beberapa tokoh masyarakat Tionghoa berinisiatif untuk menyatakan penghormatan dan rasa terima kasih itu dalam bentuk prasasti saat penobatan Sri Sultan.
Para tokoh terkemuka itu adalah Lie Ngo An (mantan Kapiten Tionghoa di Yogyakarta), Dr. Siem Kie Ay (dokter umum terkenal di Yogyakarta), serta Tio Poo Kia (pedagang).
Ada juga, Ir. Liem Ing Hwie (ketua berbagai perkumpulan sosial, perdagangan dan pendidikan, kemudian menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung RI), Lie Gwan Ho (pemilik toko mas dan arloji), Tan Koo Liat (pedagang), Oen Tjoen Hok (pemilik restoran-restoran terkenal “Toko Oen” di berbagai kota Pulau Jawa), dan Sie Kee Tjie (pengusaha batik). HK/Bersambung